Ramadhan adalah bulan suci yang dirayakan umat Muslim di seluruh dunia setiap tahun. Bulan ini jatuh pada bulan kesembilan dalam kalender Islam dan berlangsung selama 29 hingga 30 hari. Selama Ramadhan, umat Muslim menjalankan ibadah puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, melatih pengendalian diri, serta menumbuhkan empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Bagi mereka yang tidak dapat berpuasa, seperti anak-anak atau ibu hamil, berbagi rezeki dengan kaum miskin menjadi cara lain untuk merasakan makna spiritual bulan ini.
Ramadhan juga menjadi momen kebersamaan, di mana keluarga dan komunitas sering berkumpul untuk berbuka puasa bersama, baik di rumah maupun di masjid. Selain ibadah dan kebersamaan, bulan suci ini juga identik dengan hidangan khas yang dinikmati selama perayaan. Seperti kue gula saat Natal atau pai labu saat Thanksgiving, Ramadhan dan Idul Fitri memiliki makanan khasnya sendiri, salah satunya adalah kaab el ghazal.
Kaab el Ghazal: Hidangan Manis dengan Sejarah Panjang
Kaab el ghazal, juga dikenal sebagai ka’ab al-ghazal atau “tanduk rusa,” adalah kue kering manis yang sering disajikan saat Idul Fitri, yang menandai berakhirnya Ramadhan dan masa berpuasa. Sekitar 70 hari setelah Idul Fitri, umat Muslim merayakan Idul Adha, hari raya besar lainnya dalam Islam.
Nama kaab el ghazal berasal dari bentuknya yang menyerupai tanduk kijang yang melengkung. Teksturnya ringan dan lembut, dibuat dari adonan tipis yang diisi dengan pasta almond berbumbu dan diberi aroma air bunga jeruk.
Meskipun bentuknya menyerupai tanduk kijang, dalam bahasa Arab Maroko, nama kaab el ghazal justru diterjemahkan menjadi “tumit kijang.” Asal-usul makanan ini sulit dilacak karena kuliner Maroko merupakan perpaduan berbagai budaya akibat migrasi dan pengaruh sejarah. Banyak resep Maroko juga memiliki sentuhan Eropa, terutama dari Prancis yang pernah menjajah negara tersebut. Faktanya, kaab el ghazal memiliki versi populer di Prancis yang dikenal sebagai cornes de gazelle.
Rasa dan Cara Penyajian
Kaab el ghazal memiliki cita rasa khas yang berasal dari isian pasta almond yang dibumbui dengan air bunga jeruk dan kayu manis. Kombinasi ini menciptakan aroma yang harum dan rasa yang kaya dengan sentuhan rempah hangat. Kue ini sering kali diglasir atau ditaburi gula bubuk, menambah cita rasa manis yang lembut.
Selain bentuk bulan sabit yang khas, kaab el ghazal juga bisa memiliki variasi tekstur, seperti tepian yang dikerutkan atau motif tertentu pada permukaannya. Kue ini paling nikmat disantap dengan secangkir kopi atau teh mint. Untuk penyimpanan, kaab el ghazal dapat bertahan sekitar satu minggu dalam wadah kedap udara pada suhu ruangan, atau bisa dibekukan selama beberapa bulan untuk dinikmati kemudian.
Makanan Manis Lainnya yang Menghiasi Ramadhan
Selain kaab el ghazal, berbagai hidangan penutup khas lainnya juga turut memeriahkan Ramadhan dan Idul Fitri. Beberapa di antaranya adalah:
Kunafa – Adonan filo renyah yang dipadukan dengan puding susu lembut.
Luqaimat – Donat ala Timur Tengah yang manis dan renyah di luar, lembut di dalam.
Puding beras – Hidangan penutup lembut yang disajikan dengan kayu manis atau kacang-kacangan.
Selain itu, kurma menjadi makanan pokok selama Ramadhan, dikonsumsi setiap hari saat berbuka puasa. Kurma Medjool, yang terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasa manis alami, menjadi camilan favorit karena manfaat kesehatannya serta makna religiusnya dalam Islam. Bahkan, kurma disebutkan lebih dari 20 kali dalam Al-Qur’an, menandakan pentingnya buah ini dalam tradisi Islam.
Dengan berbagai hidangan khas dan momen kebersamaan yang dihadirkan, Ramadhan bukan hanya waktu untuk beribadah, tetapi juga untuk merayakan kekayaan budaya dan kuliner yang diwariskan dari generasi ke generasi.